Thursday 26 March 2015

MENGENAL LEBIH DEKAT PENCERAH NUSANTARA ANGKATAN III

Siapakah Pencerah Nusantara Angkatan III?

Tidak terasa sudah memasuki masa tugas enam bulan tim Pencerah Nusantara Karawang di Kecamatan Pakisjaya. Banyak hal yang telah dilakukan, namun juga tidak sedikit yang masih perlu dibenahi. Sebuah pengabdian tak hanya sebatas "kami akan bertindak", namun juga komitmen yang harus senantiasa tertanam dalam hati. 
Keikhlasan, Ketulusan, dan Tanpa Pamrih adalah modal yang harus dimiliki sebagai seorang pelayan masyarakat.


Dalam memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat Pakisjaya, kami bekerjasama dalam sebuah tim. Kami yang selalu berbagi masalah bersama, berbagi saran, berbagi solusi, dan mengambil keputusan bersama.

>>Dokter 
Sumber: http://pencerahnusantara.org/pencerah-nusantara/?area=3

Dokter Dianing Latifah yang lebih akrab disapa dokter Dian merupakan dokter lulusan Universitas Brawijaya angkatan 2007. Dokter manis yang selalu ceria ini berasal dari Cilegon, Banten. Dalam masa tugasnya dokter Dian banyak berperan dalam penguatan sistem manajemen internal dan eksternal Puskesmas. Dokter Dian banyak memberikan motivasi bagi supervisor program Puskesmas Pakisjaya. Berbekal dari pengalamannya di bidang pelayanan medis, sejauh ini dokter Dian sukses menginisiasi para staff Puskesmas Pakisjaya untuk lebih taat pada SOP tindakan medis.
Wanita bergolongan darah B ini bahkan berhasil menjadi promotor sebuah program inovatif Puskesmas Pakisjaya yaitu Gebyar Pelayanan Kesehatan Terpadu yang berbasis One Health Collaboration untuk lebih mendekatkan upaya kuratif, promotif dan preventif ke masyarakat di kecamatan Pakisjaya.

"Each and everyday, health centers provide high-quality primary and preventive to our contituents". (Jan Schakowsky)


>>Perawat
Sumber: http://pencerahnusantara.org/pencerah-nusantara/?area=3

Mustafidz atau yang lebih akrab disapa Mustaf merupakan perawat yang lulus dengan predikat Sarjana Keperawatan dan telah meraih gelar Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Mustaf adalah koordinator program gizi masyarakat dengan program-program yang telah dioptimalisasi dari tim Pencerah Nusantara angkatan sebelumnya yang meliputi Gizi Balita, Gizi Anak Sekolah, Gizi Remaja, dan diet etik gizi untuk penyakit tertentu. Mustaf selalu memiliki cara untuk mengkolaborasikan program gizi dengan program yang lain seperti KIA melalui posyandu.
Mustaf telah berhasil membangun suatu kemitraan program Gizi dengan beberapa lintas sektor pemerintahan dan CSR. Dia optimis dalam masa tugasnya ini akan membuat terobosan Kebun Gizi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat agar mampu meningkatkan derajat status gizi masyarakat melalui pangan yang berkualitas tanpa biaya yang mahal.

"The doctor of the future will no longer treat the human frame with drugs, But rather will cure and prevent disease with Nutrition". (Thomas Edison)


>> Bidan
                                                                 Sumber: http://pencerahnusantara.org/pencerah-nusantara/?area=3

Bidan Fitri Yanti merupakan lulusan Akademi Kebidanan Pasaman Barat, Sumatera Barat. Bidan yang lebih akrab disapa Fitri berasal dari Padang Pariaman. Bidan yang cakap khasnya berlogat padang ini merupakan koordinator dari program Kesehatan Ibu dan Anak. Dia memiliki misi untuk lebih memperkuat pelayanan kesehatan terpadu melalui Posyandu. Dia meyakini bahwa setiap kasus kesehatan ibu dan anak yang terjadi di masyarakat adalah karena lemahnya Posyandu yang ada. 
Bidan Fitri telah berhasil menginisiasi Bidan koordinator Puskesmas Pakisjaya untuk mengoptimalisasi kembali program Kelas Ibu hamil, Pembinaan dan Refreshing Kader, Bintek Bidan Desa, dan Imunisasi. Bidan Fitri juga selalu melakukan pendampingan Bidan Desa untuk menyelenggarakan Posyandu setiap bulan.
Bidan Fitri optimis bahwa Posyandu, akan menjadi platform pelayanan kesehatan Ibu dan Anak yang lebih bisa dijangkau oleh masyarakat, agar setiap permasalahan kesehatan Ibu dan Anak bisa di-cover melalui Posyandu.

"Health is the real wealth, not pieces of gold and silver". (Mahatma Gandhi)


>> Pemerhati Kesehatan
Sumber: http://pencerahnusantara.org/pencerah-nusantara/?area=3 

Happy Ari Satyani atau yang lebih akrab disapa Happy merupakan lulusan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, Bali. Happy merupakan koordinator program kesehatan lingkungan dan sanitasi. Happy menyadari bahwa masalah kesehatan yang terjadi di Pakisjaya bersumber dari perilaku dan budaya sanitasi masyarakatnya yang tidak sehat. Dengan bekal yang ia dapatkan selama kuliah di jurusan Kesehatan Lingkungan, Happy telah berhasil melakukan optimalisasi STBM, pembinaan CTPS untuk anak usia sekolah dan optimalisasi Desa Sadar Jamban. Di program lain, Happy berperan dalam pendampingan program HIV/AIDS yang baru dibina dan dikembangkan di Puskesmas Pakisjaya.
Saat ini Happy memiliki misi untuk turut melibatkan lintas sektor pemerintah dan swasta (CSR) dalam meneruskan program STBM di Pakisjaya. Happy sangat optimis bahwa program PHBS yang berbasis pemberdayaan masyarakat akan sangat efektif berkontribusi pada penurunan masalah kesehatan di Pakisjaya yang diakibatkan dari buruknya kebiasaan sanitasi masyarakat Pakisjaya.

"A clean environment is a human right like any other. It is therefore part of our responsibility toward others to ensure that the world we pass on is a healthy, if not healthier than we found it". (Dalai Lama)

>> Pemerhati Kesehatan
Sumber: http://pencerahnusantara.org/pencerah-nusantara/?area=3

Pemerhati Kesehatan yang satu ini memiliki nama lengkap Farahdila Lailatul Qori'ah lebih akrab disapa Farah atau Dila. Farahdila merupakan lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Perempuan yang lahir dan dibesarkan di kota Lumajang ini merupakan koordinator program pengembangan promosi kesehatan remaja dan lansia.
Farahdila telah berhasil melakukan inisiasi Puskesmas Pakisjaya untuk pembinaan program Poskesdes di Desa Telaga Jaya sebagai pilot project Desa Siaga. Program kesehatan lansia yang dibangun dikolaborasikan melalui One Health Collaboration Program. Fokusnya adalah pendataan dan pemantauan lansia.
Farahdila berperan mengoptimalisasi program Bintang Pencerah Pakisjaya yang bekerjasama dengan PLKB dan organisasi pemuda untuk mengadvokasikan kesehatan reproduksi remaja. Farahdila optimis melakukan edukasi dan advokasi pada remaja untuk membentuk karakter mereka sebagai agen perubahan. Ia meyakini bahwa suatu agen perubahan lahir dari karakter yang dibentuk sejak dini, baik di usia sekolah hingga mereka bisa bersosialisasi dengan orang lain.

"Whoever teaches learns in the act of teaching, and whoever learns teaches in the act of learning". (Paulo Freire - Pedagogy of Freedom)


(red:farah)

Wednesday 25 March 2015

KORENG

Minggu kedua di bulan Oktober,

Kami memulai tugas yang baru sebagai kelompok Pencerah Nusantara Karawang menggantikan Pencerah Nusantara angkatan ke-2 yang kemarin telah kembali ke Jakarta.

Hari pertama di Puskesmas Pakisjaya, kami harus mulai menyesuaikan diri sendiri terhadap orang-orang Puskesmas untuk membina silaturahmi yang baik dengan para dokter, bidan, perawat, dan beberapa staf lainnya termasuk pasien yang datang ke Puskesmas.

Saat itu saya mengunjungi ruang KIA tempat bidan Fitri bertugas, sebenarnya saya bertugas di bagian pelayanan administrasi pasien BP/Umum, hanya saja saat itu adalah bukan hari Jumat sehingga kunjungan pasien tidak ramai.

Seorang ibu muda yang kira-kira berusia masih dibawah 20 tahun menggendong seorang bayi yang masih berusia sekitar 3 bulan. Bayi kecil yang digendong dengan jarik tersebut menangis terus sejak dia baru datang ke Puskesmas.

Awalnya biasa saja melihat pasien bayi yang terus menangis. Namun saat sampai di ruang KIA, ibu muda tersebut membuka gendongan dan mengatakan masalah yang terjadi pada si bayi. Benar-benar mengejutkan, seluruh tubuh bayi kecil yang ternyata masih berusia 2 bulan tersebut dipenuhi dengan koreng. Bidan yang saat itu melakukan pelayanan, bersikap biasa saja seolah itu hal yang lumrah terjadi.

Pada akhirnya bidan merujuk ke ruang BP/Umum untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dokter Dianing yang saat itu berjaga juga sempat terkejut melihat kasus yang tak biasa ini. Saya mulai berpikir kritis untuk menganalisa apa yang terjadi di lingkungan keluarga bayi. 

Berdasarkan keterangan si ibu bahwa ia selalu memandikan bayinya dua kali sehari setiap hari, begitu juga dengan riwayat kelahiran yang normal. Masalah kulit yang dialami putranya sudah sekitar dua mingg yang lalu. Awalnya hanya dikira sebagai bentuk biang keringat biasa, namun semakin lama semakin meluas dan akhirnya menjalar ke seluruh tubuh. Riwayat alergi makanan memang seharusnya tidak terjadi pada bayi yang masih berumur 2 bulan, sebab imunitasnya masih belum terlalu hipersensitif sehingga tidak mungkin terjadi riwayat alergi.

Pada akhirnya kami menyimpulkan bahwa kontaminasi bakteri terhadap air yang digunakan sanitasi keluarga bayi tersebut yang menjadi penyebab masalah penyakit pada bayi yang kulitnya masih sangat sensitif.

Menurut ibu bayi, memang dia menggunakan aliran air empang untuk mandi, mencuci, dan aktivitas sehari-hari. Membayangkannya saja saya samasekali tidak terpikir, belum selesai masalah mandi di sungai irigasi, sekarang malah dihadapkan dengan kasus sanitasi di empang. Bagaimana mungkin memandikan bayi dengan aliran air empang? 

Sejenak pikiran saya mulai terbuka pada banyak hal, mencoba menelusuri penyebab kejadian yang sangat memprihatinkan tersebut. Sebelum PN 1 datang ke daerah ini, hampir semua warga kecamatan Pakisjaya memiliki kebiasaan untuk MCK di sepanjang aliran sungai irigasi. Tidak sedikit masyarakat yang mengalami masalah kesehatan kulit, namun tidak sedikit juga masyarakat yang baik-baik saja dengan kata lain mereka malah merasa lebih nyaman dan  tidak mengalami masalah kesehatan apapun mandi di sungai.

Memang benar bahwa sanitasi mampu mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Kebiasaan yang tidak hygiene menyebabkan banyaknya kasus penyakit yang sulit ditemui di daerah kampung halaman saya, namun malah justru menjadi hal biasa saja di daerah ini. Beberapa penyakit yang disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap hygiene dan sanitasi, masih tinggi di daerah ini seperti; Tuberculosis, Filariasis, Demam Berdarah, dan berbagai penyakit kulit lainnya. Salah satunya adalah koreng.

(red: farah)

BINTANG PENCERAH PAKISJAYA BATCH 2 (bagian 1)

SIAPAKAH BINTANG PENCERAH PAKISJAYA ?



Bintang Pencerah Pakisjaya merupakan salah satu produk inovasi yang dibentuk oleh Pencerah Nusantara yang awalnya bernama Peer Educator yang bekerjasama dengan PLKB Pakisjaya.
Bintang Pencerah Pakisjaya memiliki tujuan:
  • Pembinaan kepada remaja agar mampu menjadi penyuluh sesama (teman sebaya),
  • Menjadi replika mini dari pencerah nusantara dengan harapan nantinya merekalah yang melanjutkan kegiatan Pencerah Nusantara terutama yang berkaitan langsung dengan remaja,
  • Membina mereka menjadi remaja aktif dan kreatif mengajak lingkungan sekitar untuk berubah dan dapat menjadikan PHBS sebagai gaya hidup. 
Kegiatan Bintang Pencerah Pakisjaya berfokus pada program sistem manajemen organisasi yang lebih dimatangkan agar mereka mampu meneruskan organisasi ini setelah sudah tidak ada Pencerah Nusantara. Adapun rencana program yang akan diusung per tahun adalah;
  1. Memperingati hari-hari khusus yang berkaitan dengan Kesehatan secara nasional dengan mengadakan sebuah gerakan atau event promosi kesehatan (Hari CTPS sedunia, Hari Kesehatan Nasional, Hari HIV/AIDS sedunia.
  2. Melakukan penyuluhan dengan pembuatan media promosi kesehatan di sekolah masing-masing berupa poster, leaflet, foto inspirasi, dll.
  3. Mengadakan suatu gerakan perubahan untuk warga sekolah terkait pencegahan ksehatan.
  4. Melakukan OPREK dan diklat setiap 1 tahun sekali saat masa jabatan akan berganti.
  5. Mengadakan pertemuan rutin setiap hari minggu sore di outdoor untuk update pengetahuan     dan sharing permasalahan terkait kesehatan remaja.

BINTANG PENCERAH KARAWANG BATCH 2

Saat ini Bintang Pencerah Pakisjaya sudah memasuki angkatan yang ke 2 dan open recrutment-nya pun juga kini mulai merambah ke Madrasah Tsanawiyah, tidak hanya di SMP saja. Target kegiatan Bintang Pencerah Karawang adalah remaja awal usia 12 - 17 tahun. 


Sosialisasi kegiatan Bintang Pencerah Pakisjaya dilakukan di sekolah-sekolah, tim Pencerah Nusantara sekaligus melakukan penyuluhan terkait Kesehatan Reproduksi Remaja, mengingat permasalahan di pakisjaya adalah tingginya Pernikahan Dini dan kehamilan berisiko karena faktor usia yang masih dibawah 19 tahun.

Sosialisasi ini lebih bertujuan pada ajakan untuk membentuk komunitas remaja yang benar-benar ingin menjadi agen perubahan bagi lingkungannya yang memang bermasalah kesehatan terkait perilaku remaja. Pendekatan inilah yang kita sebut Behavior Based Health, yang memang perlu ditanamkan sejak usia pubertas.

KENAPA HARUS REMAJA AWAL (12-17 tahun)?


Remaja awal pada usia 12 hingga 17 tahun memiliki skala pubertas yang lebih tinggi dibandingkan remaja yang sudah diatas 17 tahun. Hal ini karena memang terjadi perubahan kadar hormon secra berlebihan, ada banyak fenomena yang akan tiba-tiba muncul ketika menginjak masa pubertas. 
"Biasanya anak akan malu berbagi cerita dengan teman atau keluarganya mengenai apa yang terjadi pada dirinya"

Faktanya bahwa ketika anak menginjak usia pubertas dan mereka mengalami fenomena yang mengindikasikan Tanda Pubertas, mereka cenderung menyimpan, mencari tahu sendiri dan bereksperimen sendiri. Disamping itu terkadang orang tua memang cenderung belum menyadari perubahan pada anak-anaknya. Setiap orang tua masih menganggap anaknya belum cukup umur, "padahal bisa jadi anak sudah menyerap banyak informasi dari luar ketika orang tua baru menyadari pubertas pada anaknya". 

Pada usia pubertas, anak masih belum memiliki prinsip yang dapat menentukan langkah pergaulan mereka. Lingkungan sekolah akan banyak berpengaruh pada pembentukan karakter pada fase ini. Itulah mengapa "terkadang Guru justru lebih peka pada kondisi psikologis anak daripada orang tua mereka sendiri. Guru yang kooperatif akan mengkomunikasikan pada orang tua si anak, namun sayangnya Guru yang seperti itu jarang ditemui di daerah pedesaan yang rural, termasuk di Pakisjaya".

Bagaimanapun juga, pendidikan dan pembentukan perilaku harus ditanamkan sejak mereka memulai perjalanan sebagai anak-anak hingga mereka bisa mencari kebenarannya ketika remaja, dan memilih jalan terbaik ketika mereka beranjak dewasa.

"Saya telah menemukan cara terbaik memberikan nasihat pada anak Anda yaitu dengan menemukan apa yang mereka inginkan dan kemudian memberikan nasihat kepada mereka untuk melakukannya". (Harry S. Truman)

"Hendaklah adab sopan/perilaku panak-anak itu dibentuk sejak kecil kerana ketika kecil mudah membentuk dan mengasuhnya. Belum dirosakkan oleh adat kebiasaan yang sukar ditinggalkan". ( Hamka )


(red: farah)