Pencerah Nusantara, begitulah satu program terobosan untuk mengatasi
benang ruwet masalah kesehatan ini diciptakan. Berbasis pada masalah
kesehatan, Pencerah Nusantara diciptakan untuk reorientai fungi
pelayanan kesehatan di tingkat primer yakni menguatkan Puskesmas sebagai
garda ujung tombak pelayanan kesehatan lini pertama di masyarakat.
Di Belakang Layar
Pencerah Nusantara digagas oleh KUKPRI-MDG’s yakni
Kantor Urusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk urusan Mellinium
Development Goals. Seperti namanya, KUKPRI memang bekerja di bawah
presiden langsung yang mengharapkan target percepatan MDG terealiasasi
pada 2015.
Pencerah Nusantara jauh sudah dirumuskan bahkan sebelum dijalankan
sudah dimulai inisiasinya dengan adanya MDG Awards (IMA 2011). Prinsip
kerja IMA 2011 adalah menemukan banyak bintang di akar rumput yang
bekerja dengan sepenuh hati dan berusaha melayani serta memperbaiki
masyarakat, dengan inovasi tentunya. Acara yang pertama kali dihelat
ini berhasil mengumpulkan ratusan masyarakat yang selama ini belum
terangkat informasi akan daya inovasinya. Kabupaten Payakumbuh Sumatera Barat, Indonesia Future Leader, Satoe Indonesia, hingga Posyandu Remaja di Jombang salah
satu dari sekian banyak bukti nyata bahwa semua banyak yang
mendedikasikan daya pikir kreatif dan kembali bahu membahu membangun
Indonesia. Tujuannya satu, supaya MDG lebih cepat terasa di seluruh
elemen bangsa.
Millenium Development Goals (MDG)
ini merupakan perjanjian yang ditandatangani oleh 189 negara PBB pada
September 2000 atas target delapan pilar yang harus tercapai pada 2015.
Indonesia termasuk negara yang ikut menjalankan target MDG ini, artinya
Indonesia sudah menjalani 12 tahun lamanya. MDG ini akan berakhir 2015
mendatang yang artinya hanya tersisa 3 tahun lagi untuk mempercepat
pencapaian MDG.
Ini dia delapan target MDG
- Mengurangi kemiskinan dan kelaparan
- Mencapai pendidikan dasar untuk semua
- Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
- Menurunkan angka kematian anak
- Meningkatkan kesehatan Ibu
- Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya
- Memastikan kelestarian lingkungan hidup
- Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
- Delapan Target MDG, Kesehatan menjadi Fokusnya
Jika kita cermati lebih lanjut dan ditarik akar masalah maka akan
ditemukan bahwa masalah KESEHATAN menjadi hal utama. Artinya, jika
kesehatan diperbaiki dari akarnya maka diharapkan delapan target di atas
akan berubah. Atau mudahnya, jika seluruh anggota keluarga sehat maka
keluarga tersebut menjadi produktif yang artinya mempunyai penghasilan
dan dapat menyekolahkan anak-anaknya serta memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan diri ke arah yang lebih baik.
Berawal dari ide sederhana itulah maka lahir Pencerah Nusantara
digawangi oleh Prof. Dr dr Nila Moeloek, SpM(K). Pencerah Nusantara
menjadi model pelayanan kesehatan primer yang integratif dimana tim di
dalamnya dapat menularkan semangat berinovasi dan sehat kepada
masyarakat sekitarnya. Karena ingin mengembalikan Indonesia menjadi
berparadigma Indonesia Sehat maka Pencerah Nusantara berupaya
memperbaiki pusat pelayanan kesehatan primer, Puskesmas.
Puskesmas yang selama ini dikenal sebagai sarana pengobatan PUSing
KESeleo MASuk angin harus diperbaiki menjadi rumah sehat dimana semakin
banyak masyarakat yang sehat maka makin berhasil kinerja Puskesmas
tersebut.
Kenapa Baru Sekarang?
Yah….kenapa program yang demikian ideal ini baru sekarang teralisasi? Program yang digodok terus menerus selama dua tahun terakhir ini
akhirnya memang baru meluncur bulan Juni 2012 dimana penggunaan IT
mempermudah para pemuda yang terpanggil untuk mendedikasikan dirinya.
Beban kesehatan yang semakin meningkat dikarenakan pelayanan selama ini
berpusat pada kuratif yakni mengobati pasien dirasa sudah saatnya
diubah. Daya pikir, sumber daya manusia handal serta tentunya anggaran
tidak sedikit dibutuhkan untuk membuat miniatur model kesehatan yang
ideal.
Masih tergolong sangat baru, ternyata tida sedikit pemuda yang
mendaftarkan diri online dari 4 Mei-30 Juni 2012. Tercatat sebanyak
1.043 pendaftar dengan rincian 268 dokter umum, 18 dokter gigi, 173
perawat, 98 bidan dan 486 pemerhati kesehatan. Seluruhnya merupakan
pemuda di bawah 30 tahun, berIP minimal 3,0 dan tentunya belum lebih
dari 5 tahun lulus dari universitas.
Seleksi Demi Seleksi
Seleksi Demi Seleksi
Pendaftaran online merupakan seleksi pertama yang menjaring kualitas
peserta bukan hanya dari beberapa syarat administrasi di atas tetapi
juga visi misi hidup. Hanya peserta terpilih saja yang dapat lolos ke
seleksi selanjutnya karena ada sedikitnya 10 pertanyaan besar yang harus
dijawab dalam bentuk essai. Bahkan tiap peserta juga diuji secara
tidak langsung kemampuan analisis serta pemetaan masalah dalam essai
tertulis tersebut.
Hasilnya, hanya 74 pemuda saja yang
berhasil lolos ke seleksi tahap dua berupa pertemuan langsung dengan
para penguji selama 10 hari di Jakarta. Bertepat di Wisma Setya
Bakti milik Kementrian Pertahanan di kawasan Matraman Jakarta, jumlah
terseleksi tahap pertama kembali mengerucut tersisa 42 pemuda. Maraton
dari 5 Juli-14 Juli 2012, sebanyak 12 Dokter Umum menjalani seleksi demi
seleksi.
- Wisma Setya Bakti menjadi saksi
- Para Dokter Umum bertemu untuk pertama kalinya
- Ibu Diah Saminarsih selaku Asisten KUKPRI untuk Pencerah Nusantara
Bukan hal mudah menjadi Pencerah Nusantara apalagi para Dokter Umum
dituntut menguasai semua aspek terpenting dalam MDG yaitu mempunyai
wawasan cukup tentang Ilmu Kesehatan Komunitas, Ilmu Obstetrik dan
Ginekologi (Obsgin) dan Ilmu Anak. Tiga komponen utama tersebut
benar-benar diuji oleh para pakar dan spesialis dari Universitas
Indonesia. Ujiannya sangat mendetail karena bertujuan pula untuk
mengetahui kekurangan materi yang harusnya dikuasai peserta agar di
kemudian hari dapat ditambahkan di bagian tersebut.
- Ujian IKK di hari pertama, wajib menggunakan laptop
- Analisis dan Membuat Solusi, Ujian ini Bahkan Berlangsung Enam Jam
- 12 Dokter Umum Angkatan Pertama Pencerah Nusantara
- Ujian IKK Hari Kedua, Masih Berkutat dengan Soal-Soal Kemasyarakatan
- Bersama dr. Setyawati Budiningsih, MPH (Pakar Kedokteran Komunitas) Belajar Sejarah Lahirnya DOKTER INDONESIA
Bagi saya yang sudah lama berada di Pedalaman Sumba bercengkrama
dengan malaria, mempelajari kembali tiga hal tersebut tentunya butuh
waktu. Namun, bukan Pencerah Nusantara namanya jika tidak dapat
mengatasi berbagai kondisi mendadak yang membutuhkan penanganan cepat.
Yah, para Dokter Umum saya rasa tidak belajar dalam waktu yang cukup
selama berminggu-minggu namun kami berusaha mengerahkan segala kemampuan
terbaik agar lolos seleksi Kompetensi Medis tersebut.
- Ketegangan Ujian Obgyin Terpancar dari Muka Dokter Umum
- Rasanya seperti Melayang ketika Benar-Benar Diuji Kandungan
- Bersama Para Konsulen Spesialis Kandungan UI
Beruntung kami tidak hanya diuji tetapi juga dipertemukan dengan banyak orang hebat untuk berbagi kisah. Bapak Handry Satriago selaku CEO pimpinan tertinggi General Electric bahkan
hadir menemani malam kami. Kami juga membahas pembiayaan kesehatan
Indonesia bersama pakarnya, Prof. Hasbullah Thabrany,MD, PhD selaku Guru
Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Puncaknya
adalah ketika berkesempatan makan siang bersama sekaligus berbagi cerita
bersama Prof. Dr dr Nila Moeloek, SpM(K).
- Bang Handry Satriago Berhasil Membius Kami Semua dalam Semalam
- Mulailah Mendorong Mobil Anda, Begitu Pesan Bang Handry Satriago
- Bersama Prof. Hasbullah Thabrany,MD, PhD yang Membuat Kami MELEK
- Bersama Prof. Dr dr Nila Moeloek, SpM(K) yang Merangkul Kami Seperti Anak Kandung
Tidak hanya harus menguasai bidang kesehatan dan pengobatan, kami
diharuskan mempunyai mental pemimpin dan tidak memble. Oleh karenanya
kemampuan diri tersebut digali kembali dengan mengikuti ujian psikotes
bersama timDaya Dimensi Indonesia (DDI).
Bukan sembarang psikotest layaknya psikotest ala PNS atau masuk
perusahaan. DDI menggali inner beauty kami dengan berbagai rangkaian tes
selama hampir lima jam. Hebatnya, waktu yang lama tersebut terasa
sangat cepat ketika kami bertemu tim DDI. Jujur, ini test psikologis
ter-ENJOY yang pernah saya ikuti namun ter-AKURAT dalam hasilnya. Tentu
saja, karena memang DDI sudah banyak membantu beberapa perusahaan besar
untuk mengembangkan kemampuan karyawannya.
Kami juga dibekali ilmu memanfaatkan jejaring sosial bersama sejawat yang telah lebih dulu berhasil. Dr. Sophia Hage dari @selamatkanibu berbagi kisahnya. Dilanjutkan Dr. Yusuf, Dr. Nina, dan Dr. Widya berbagi twitter@secondopinionID yang memberikan informsi akurat dan meluruskan berbagai rumor kesehatan.
- Bersama Dr. Sophia Hage dalam SelamatkanIbu
- Menimba Ilmu Twitter bersama SecondOpinionID
- Berpose Ala Tim Dokter Umum Pencerah Nusantara
Hasilnya, tepat 1 Agustus 2012 diumumkanlah 33 nama yang lolos seleksi tahap kedua. Anda bisa melirik ke link tersebut siapa tahu saudara atau teman Anda termasuk yang beruntung akan memperoleh pengalaman mengabdi luar biasa bersama Pencerah Nusantara.
Dan dari 12 Dokter Umum, inilah 8 yang akan mengabdi di Pencerah Nusantara.
- dr. A.A Dwi Wulantari ( Universitas Udayana)
- dr. Darsuna Mardhiah (Universitas Sriwijaya)
- dr. Hafidhaturrahmah (Universitas Jenderal Soedirman)
- dr. Harika Putra ( Universitas Udayana)
- dr. Muhammad Riedha ( Universitas Indonesia)
- dr. Shafhan Dustur (Universitas Syah Kuala)
- dr. Stefani Christanti (Universitas Airlangga)
- dr. Yurdhina Meilissa (Universitas YARSI)
Para Tim Pencerah Nusantara ini nantinya masih akan dibekali dengan
berbagai macam ilmu sehingga membutuhkan pelatihan enam minggu yang
dimulai 10 September 2012 mendatang. Rencananya TIM Pencerah Nusantara
akan diberangkatkan ke tujuh lokasi tersebut bersamaan dengan Hari
Sumpah Pemuda 28 Oktober 2012 mendatang.
Tulisan ini khusus saya dedikasikan untuk EMPAT sahabat sejawat
dokter yang belum dapat menemani kami begabung dalam Pencerah Nusantara.
Keempatnya telah memberi warna khusus bagi kami ketika menjalani
kebersamaan seleksi di Jakarta. Mereka akan selalu jadi keluarga besar
TIM PENCERAH NUSANTARA- DOKTER UMUM ANGAKATAN PERTAMA UNTUK KAMI Terima
kasih untuk:
dr. Ritom Subantar Banyumukti (Universitas Taruma Negara)
dr. Erik Suhendra (Universitas Sumatera Utara)
dr. Liza Pratiwi Indrawan (Universitas Indonesia)
dr. Tofan Halim (Universitas Sultan Agung)
Mari terus dukung kami dalam program Pencerah Nusantara di
www.pencerahnusantara.org atau bergabung bersama di FB: Pencerah
Nusantara dan twit kami di @pencerahnusa
Salam Pencerah Nusantara
dr.Hafiidhaturrahmah
@avista_nada
via http://pencerahnusatosari.wordpress.com
2 komentar:
heiiii blogwalking nih..main dong ke rumah kitaaa http://pencerahnusalindu.blogspot.com/
bikin link blog qta donk di blog kalian hahhahahhaa
Saya beruntung sepanggung dengan Pencerah Nusantara Toli-toli menyelenggarakan Kalakarya Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan. Sebuah Dialog Antar Warga Keluarga Besar Kabupaten (yg didiagnosa sebagai Daerah Bermasalah Kesehatan). Kami Pengelola Dialog, yg kemudian merangsang Bupati untuk beliau sendiri memimpin dialog.
Dialog ini dikembangkan sebagai pintu masuk dan metode pendampingan oleh Level Pemerintahan di atasnya bagi DBK.
Sebagai metode, Dialog ini harus diakhiri dengan Komitmen Bersama tentang Aksi Bersama, dilanjutkan dengan Pelaksanaan Aksi Bersama. Dilanjutkan lagi dengan Dialog yg diakhiri dengan komitmen, dilanjut dg Aksi Bersama. Bgitu seterusnya. Tak kan pernah brenti. Apapun yg disepakati bersama, sekecil apapun kemudian dibuktikan dengan aksi bersama. Dalam Dialog berikutnya selalu didapati review atas hasil aksi bersama yg akan memperbaiki komitmen bersama dlm dialog itu. Dalam Aksi bersama berikutnya selalu diperoleh bukti seberapa kita benar tlh berkomitmen.
Seberapa besar aksi bersama tdklah penting, tetapi bahwa apa yg disepakati telah dapat dilaksanakan bersama itu penting. Menyepakati komitmen bersama dalam suatu dialog tdk boleh terburu-buru, jikapun tdk ada kesepakatan, jika sdh terjadi dialog, maka sdh terjadi kemajuan. Terburu-buru menyepakati suatu hal, karena terburu-buru ingin segera mengakiri dialog, ingin segera mendapatkan keputusan, akan mengganggu kualitas dialog; komitmen yg dicapai terburuburu, meski nampaknya bersama, diragukan kualitasnya, diragukan mampu mendorong kpd terwujudnya aksi bersama.
Sebuah dialog adl mempertemukan semua peserta dalam level yg sama, tdk ada nara sumber, tdk ada hanya penerima info dan kemudian taat m3njalankan tugas. Sipembicara harus jujur mengatakan apa yg ingin dikatakan utk kemajuan daerahnya, sesuai dg kebenaran yg diketahui/dimilikinya. Pendengar mendengarkan dg hatinya, sepenuh perhatiannya. Diakhir dialog pengetahuan bersamanya lebih baik dr siapapun sebelum mrk berdialog.
Bupati tdk boleh sebagai Bupati dlm dialog ini, dia adalah warga dialog yg berpengetahuan lebih, bertugas menceritakan yg dia tahu; juga mendengarkan dg hatinya setiap yg dikatakan oleh pendialog lainnya. Semua jujur mngatakan apa yg ingin dikatakan. Bahkan smua yg biasa disimpan di bawah mejapun dikatakan, dg jujur. Itulah knapa dialog bisa masuk dlm wilayah menyakitkan, dan tak seorangpun boleh sakit, krn dialog utk perbaikan. Dan pembicaraan bukan penyerangan. Jika dalam siklus dialog-aksibersama-dialog-aksibersama itu telah sampai kpd rasa sakit bersama, bukan hanya org seorang saja yg tersakiti maka dialog telah sampai kpd tujuannya. Sakit bersama, krn mnghadapi knyataan btapa bodohnya kita yg bermasyarakat tdk sehat; secara jujur, tdk saling lempar tanggung jawab. Maka saatnya tuk aksi bersama sekuat2nya, dg daya yg sekuat2nya.
bgitulah
cita2 dialog yg sdg dikembangkan
Bupati Tolitoli yg berniat hanya bergabung bbrp menit saja, terjebak dlm dialog sampai sore. Bahkan memimpin dialog, merumuskan komitmen bersama dialog itu. dan dia akan beraksi kemudian sesuai jabatqn dan kewenangannya.
baru kali itu Bupqti duduk sama rendah dg para kader dan kades, juga pencerah nusantara, hanya kami yg berdiri memimpin dialog. Bupati baru merasai situasi dimana rakyatnya, pasukannya berani mengatakan apa adanya, situasi riil di lapangan, tanpa birokrasi; isu2 di grassroot dia terima langsung tanpa demo, tanpa serangan, tetapi dg Dialog.
Selamat kpd Pencerah Nusantara
Post a Comment