Tuesday 20 January 2015

Hipertensi Saat Kehamilan yang Berujung Pada Kematian



Jum’at, 5 Desember 2014, Bidan Koordinator Puskesmas Pakisjaya menerima laporan dari Bidan Desa Tanah Baru bahwa di daerahnya ada ibu hamil yang baru saja meninggal. Dari berita singkat yang didapatkan, Ny. N meninggal di kehamilan 7 bulan karena keluhan sesak. Namun berita tersebut masih belum jelas. Untuk melacak dan memastikan penyebab dari kematian ibu hamil di Desa Tanah Baru, Tim Pencerah dan Bidan Koordinator berencana melakukan kunjungan ke rumah keluarga ibu hamil yang meninggal tersebut.
Selasa, 9 Desember 2014, Tim Pencerah dan Bidan Koordinator Puskesmas Pakisjaya melakukan kunjungan ke rumah keluarga alm Ny. N yang berada di RT/RT 03/01 Dusun Bugis Selatan Desa Tanah Baru Kecamatan Pakisjaya Kabupaten Karawang. Rumahnya tepat di samping tanggul Sungai Citarum. Kedatangan kami disambut hangat oleh suami alm Ny. N yaitu Tn. N. Setelah memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud serta tujuan kunjungan, Bidan Desa dan Tim Pencerah menanyakan tentang Buku KIA yang dimiliki oleh alm Ny. N selama kehamilan. Adanya Buku KIA ini memudahkan pengkajian dan penelusuran penyebab kematian pada saat kehamilan. Hampir 15 menit Tn. N mencari Buku KIA di rumahnya dan rumah orang tua nya yang berada tidak jauh dari rumahnya. Namun pencarian itu sia-sia. Tn. N tidak menemukan Buku KIA nya. Sebagian besar kesadaran para ibu hamil di sini tentang pentingnya membawa Buku KIA saat periksa dan menyimpannya masih rendah. Hal ini menyebabkan riwayat kesehatan semasa kehamilan tidak terdokumentasikan. Kami pun terkendala dalam mengkaji riwayat kesehatan saat kehamilan alm Ny. N dikarenakan tidak adanya Buku KIA.
Berdasarkan informasi yang dikemukakan oleh Tn. N bahwa alm Ny. N 35 tahun meninggal dengan usia kehamilan kurang lebih 28 minggu. Alm. Ny. N meninggal pada hari Kamis 4 Desember 2014 pukul 20.30 di jalan menuju Puskesmas Batujaya. Alm Ny. N beberapa akhir ini memang sering mengeluhkan sesak napas dan nyeri di bagian ulu hati. Sesak dan nyeri semakin hebat di hari itu juga. Sebelum membawa ke bidan terdekat, Tn. N membawa Ny. N ke dukun. Alasan Tn. N membawa ke dukun adalah untuk memastikan posisi janin. Tn. N beranggapan posisi janinnya bermasalah sehingga menggangu pernapasan istrinya. Beberapa masyarakat sini juga percaya bahwa dukun mampu memperbaiki posisi bayi dalam kandungan hanya dengan cara memegang perutnya. Melihat kondisinya yang sudah kritis, dukun tidak berani memegang Ny. N dan dukun tersebut menyarankan untuk langsung dibawa ke bidan terdekat. Pukul 19.00 di hari itu juga Ny. N langsung dibawa ke bidan terdekat yang juga merupakan Bidan Desa Tanah Baru. Bidan Desa pun tidak berani memberikan tindakan karena kondisinya sudah kritis. Bidan Desa menyarankan untuk segera dirujuk ke rumah sakit atau ke Puskesmas Batujaya. Proses merujuk membutuhkan waktu lama karena Tn. N harus mencari mobil terlebih dahulu. Mobil sudah siap dan langsung menuju Puskesmas Batujaya. Kondisi Ny. N pun semakin kritis. Belum sampai Puskesmas Batujaya, Ny. N semakin kritis dan menunjukkan tanda-tanda kematian. Melihat kondisi seperti ini, Tn. N berniat untuk berhenti di rumah Mantri terdekat di daerah tersebut. Namun Mantri tidak ada di rumah sehingga langsung menuju Puskesmas Batujaya. Sesampainya di Puskesmas Batujaya kondisi Ny. N sudah pucat dan mulut mengeluarkan busa. Kondisi Ny. N dinyatakan sudah meninggal oleh Petugas Puskesmas Batujaya.





Dikehidupan sehari-harinya, Ny. N dikenal pendiam dan tertutup oleh tetangga sekitar. Dia pun jarang menceritakan dan mengeluhkan tentang kehamilannya ke tetangga. Ny. N juga jarang memeriksakan kehamilannya di Posyandu. Ny. N meninggal pada kehamilan yang ketiga. Riwayat kehamilan dan kelahiran anak pertama dan kedua lancar dan tidak ada masalah. Di Kehamilan yang ketiga ini Ny. N baru sadar bahwa dia hamil dan memeriksakan kehamilannya ke Bidan Desa saat kehamilannya berusia 8 minggu. Dari hasil pemeriksaan di Bidan saat usia kehamilan kurang lebih 22 minggu menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik mencapai 150 mmHg. Bidan sudah menyarankan untuk mengurangi konsumsi garam, jeroan, dan gorengan. Semakin hari kondisi semakin memburuk. Tekanan darah sistolik mencapai 210 mmHg, kaki dan tangan membengkak, sulit buang air kecil dan nyeri abdomen di kuadran kanan atas. Tn. N menyatakan bahwa Ny. N tidak mempunyai penyakit hipertensi sebelum kehamilan. Saat kehamilan yang pertama dan kedua pun tekanan darahnya tidak pernah tinggi.







Kami pun dapat menarik kesimpulan penyebab kematian Ny. N karena preeklampsia berat. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan membuat tekanan darah Ny. N tidak terkontrol. Keluarga masih belum mengetahui dan menyadari bahaya tekanan darah tinggi pada kehamilan. Tekanan darah tinggi pada kehamilan dapat berujung pada kematian. Kami menekan kan kepada keluarga tentang bahaya tekanan darah tinggi pada kehamilan agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi dilingkungan Desa Tanah Baru khususnya. Nampaknya tidak hanya pada keluarga Tn. N, tetapi juga kebanyakan masyarakat Desa Tanah Baru pada khususnya dan Kecamatan Pakisjaya pada umumnya belum menyadari dan mengetahui tentang bahaya tekanan darah tinggi saat kehamilan. Itulah tugas kami Tim Pencerah dan Bidan Desa untuk menyadarkan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tekanan darah tinggi saat kehamilan dan pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin.

Ns. Mustafidz, S.Kep

0 komentar:

Post a Comment