Tuesday 1 September 2015

Jamban Kedua di desa Sadar Jamban

“If your house doesn’t have a toilet, we will not give our daughter in marriage.”


                Percaya atau tidak itu adalah kalimat seruan untuk kampanye sanitasi di salah satu daerah rural di Maharasta, India. Di beberapa daerah lain di India bahkan toilet menjadi salah satu mahar untuk sebuah pernikahan. Gerakan sadar jamban di India ini berawal dari banyaknya program pemerintah untuk membuat sarana sanitasi umum namun tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. mereka tetap saja buang air besar sembarang tempat. hal yang sama juga terjadi di banyak daerah di Indonesia.


Di salah satu kecamatan di Karawang, Pakisjaya, hal tersebut juga terjadi. Permasalahan sanitasi ini sebenarnya sudah sering dibicarakan di tingkat desa, bahkan setiap Musrenbang beberapa desa juga telah mengajukan sarana sanitasi berupa fisik, baik toilet umum ataupun akses air bersih. Sayangnya kesadaran membangun tersebut tidak diiringi dengan kesadaran mengunakan fasilitas-fasilitas. Perihal sanitasi memang soal kesadaran. hal-hal tersebut yang semakin memperkuat untuk pemicuan program untuk sanitasi sekitar bulan Agustus 2014 lalu.


                Dari proses pemicuan hingga saat ini memang belum ada perubahan yang berarti, belum mencapai belasan keluarga yang terpicu membangun sarana sanitasi. Tetapi suatu kemajuan untuk program ini yaitu soal keputusan masyarakat yang mau membangun jamban dengan memanfaatkan cetakan jamban dan septiktank. Keputusan ini merupakan hasil pertemuan dengan Pokja pada awal Oktober 2014 lalu. Pada pertemuan tersebut ketua pokja sanitasi Desa Tanjung Pakis, salah satu desa yang sudah mendapatkan pemicuan STBM terpicu untuk membangun sarana sanitasi menggunakan cetakan septiktank dan closet terlebih dahulu. Cetakan septiktank dan closet ini merupakan bantuan dari Kementrian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk membangun sarana sanitasi dengan biaya yang murah. Pada pertemuan itu berhasil mendapatkan kesepakatan bahwa akan ada pertemuan tindak lanjut untuk memperkenalkan opsi sanitasi dan perbandingan biaya pembuatannya setelah pembangunan pertama itu.


                Akhirnya pada awal bulan November lalu ketua Pokja sanitasi desa Tanjung Pakis berhasil membuat septiktank dengan cetakan yang sudah ada. Pembangunan septiktank ini dilakukan sendiri tanpa bantuan tukang. Biaya penggunaan bahan juga tidak terlalu mahal dibandingkan jika membangun septiktank menggunakan borongan, dengan adanya cetakan ini masyarakat bisa memilih harga seminimal mungkin untuk membangun sarana sanitasi. Masyarakat juga bisa menentukan sendiri tingkatan sarana sanitasi mereka mulai dari sarana sanitasi sederhana (Closet cemplung), WC dengan septiktank tanpa resapan ataupun WC yang sesuai standar menggunakan septiktank resapan dan tidak boleh mencemari tanah dan air.


                Proses pemicuan  STBM ini memang dilakukan pada saat PN 2 bertugas, tetapi karena program ini memerlukan keberlanjutan, kini PN 3 dan Puskesmas tetap mendampingi dan memfasilitasi program STBM ini. Pada akhir Desember tahun lalu Puskesmas Pakisjaya juga telah menyelenggarakan deklarasi untuk program ini di Desa Tanjung Pakis.  Jika biasanya deklarasi ini dilaksanakan setelah semua masyarakat bebas buang air besar sembarangan, di Desa Tanjung Pakis maknanya menjadi berbeda, karena disini untuk menjadikan stimulan agar masyarakat semakin terpicu mengubah perilaku buang air besar mereka.


                Hingga saat ini jamban kedua yang menggunakan cetakan septik tank baru saja terbangun. Bapak RT di salah satu dusun, di desa Tanjung Pakis mengikuti jejak ketua Pokja Sanitasi membangun jamban awal februari lalu. ketika istri bapak RT tersebut ditemui ia mengaku “sekarang nyaman sudah buang air besar d toilet,” tidak seperti sebelumnya di sungai seberang jalan depan rumahnya. Semoga para pioneer Desa tanjung Pakis ini mampu menggugah hati para masyarakat di dusun dan desa yang lainnya. Dan para laki-laki mampu menyediakan sarana sanitasi untuk istri atau saudara-saudaranya, bahkan jika kampanye seperti yang dilakukan di India bisa diadopsi adalah suatu kemajuan untuk mereka.




Happy Ari Satyani
@mittasilani 

0 komentar:

Post a Comment