Senja di sore ini perlahan membaurkan biasan langit yang memacarkan
pantulan diatas air yang tak beriak di sungai ini. Pandangan lepas yang tak
dapat ku hindari dari ketenangan arus air yang perlahan membuatku berpikir
seberapa kedalaman sungai ini. Akupun menuruni tanggul hingga aku benar-benar
berdiri di tepian sungai.
Pertama kali aku berdiri di tepi sungai Citarum ini, sungai yang menjadi
pembatas antara Karawang – Bekasi ini membentang di tanah Pakisjaya yang aku
pijak saat ini.
Masyarakat kecamatan Batujaya dan Pakisjaya memanfaatkan sungai Citarum
dengan membuat eretan-eretan, yaitu semacam perahu kecil yang menjadi alat
penyeberangan masyarakat Batujaya dan Pakisjaya ke Bekasi. Sebab akses ke
perkotaan untu memenuhi kebutuhan logistik lebih dekat ke Cikarang Bekasi
daripada ke Kota Karawang sendiri. Banyaknya eretan sepanjang sungai Citarum
menambah nuansa khas dari sungai batas Karawang – Bekasi ini.
Sejauh ini aku datang ke daerah ini, dengan jalanan yang hanya sebagian
beraspal di beberapa desa saja. Meski masih banyak masyarakat yang mandi
ataupun mencuci di sungai irigasi, namun tak sampai aku meilaht sampah
terhanyut di sungai ini. Air yang masih bersih dan bening hingga memancarkan
bauran-bauran dan pantulan-pantulan bayangan layaknya cermin ciptaan Sang Maha
Kuasa.
Kerikil yang
masih tajam diujung daratan padas yang kuat menahan beban tubuhku yang masih
berdiri di ujung tepian sungai ini. Tanggul yang
dimana tempat aku berdiri saat ini cukup landai hingga aku bsa menyentuh
dinginnya air sungai Citarum. Sejenak aku berdiri dengan memejamkan mata. Aku
mulai merasakan arah angin yang berhembus menggerakkan ujung jilbabku.
Pikiranku mulai
menerawang lepas ke masa lalu, bagaimana ketika sungai ini menjadi saksi
perlawanan masyarakat Karawang dan Bekasi terhadap pasukan Belanda. Sungai
batasan Karawang yang diusung dalam sejarah yang diabadikan dalam peristiwa
Rengasdengklok kini ada di ujung pandanganku.
Sungai Citarum
bermuara di desa Tanjung Pakis, salah satu desa yang masih menjadi bagian dari
Kecamatan Pakisjaya. Muara sungai ini memang tak seindah dari apa yang aku
pijak saat ini. Sebab daerah yang dikenal dengan tanah pakis ini, memang sarat
dengan masalah lingkungan. bahkan diujung muara sungai ini telah menimbulkan
abrasi di dusun Bungin, desa Tanjung Pakis.
Angin semakin
semilir dengan matahari yang semakin merendah hingga memberikan pancaran warna
jingga di riak air sungai Citarum. Beberapa temanku mulai turn dari tanggul dan
ikut berdiri di tepian padas sungai ini.
Cermin air yang
tampak sangat tenang, menggoda kami untuk bermain melemparkan batu. Kerikil di
sekitar kaki kami satu persatu kami lemparkan dengan beberap trik yang
diajarkan sahabat kami Mustaf. Bagaimana melemparkan batu dengan hanya
menyentuh beberapa permukaan air sebelum ia tenggelam ke dalam air. Permainan
ini membuatku sangat tertarik, begitu juga dengan Uni Fitri dan Mbak Dian. Kami
pun tertawa bersama, saling menertawakan, saling memuji, dan bahkan saling
mengejek hasil dari lemparan batu.
Citarum, bening
air yang masih terjaga ini semoga akan selalu tetap memnatulkan
bayangan-bayangan masa depan. Tak hanya kisah masa lalumu yang akan diingat,
ataupun fungsimu yang hanya sebagai pembatas antara Karawang Baekasi. Lemparan
batu kami yang tenggelam di badanmu, terselip doa dan harapan kami. Semoga kami
mampu memberikan pengabdian terbaik di tanah Pakisjaya ini.
Aku sadar betapa
beruntungnya mengenal lebih dekat bagaimana wangi angin yang berhembus disetiap
alunan arus sungai ini. Helaian tenun rok-ku mulai tersibak dengan angin yang
semakin kencang. Lalu aku menoleh kearah barat muara sungai ini dan subhanallah….
Tiada penciptaan
yang lebih indah dari biasan jingga senja yang seolah tertelan aliran air di
ujung muara…
Kami akan terus
mengingat moment berharga ini, senyum yang saat ini terpancar akan tetap
merekah mengiringi langkah kami menggapai masa depan kami esok hari. Kami yakin
tulisan kecil ini akan mengingatkan kami pada bagaimana tanah Pakisjaya
mengajari kami banyak hal dan mendewasakan kami.
Qoriah.
0 komentar:
Post a Comment